
Bab 2
Awal Mula Segala Rupa
Nanosuit NiuNiu berdengung pelan seiring habisnya sisa energi yang dikuras selama hyperjump saat dia mewujud di lambung geladak pos terdepan Dayan. Hal terakhir yang ingin NiuNiu lihat beberapa saat setelah sukses melakukan hyperjump yang amat sangat tidak nyaman, adalah seorang klan Vrishchik dengan Bio-suit militer lengkap dalam posisi bertahan siap bertarung di hadapannya. Naluri bertahan hidup NiuNiu mengambil alih aksi tubuhnya yang masih kaget. NiuNiu hanya punya waktu 20 detik sebelum nanosuit-nya kehabisan energi dan mati daya dalam ruang hampa tanpa oksigen, dia HARUS melumpuhkan Vrishchik militer di hadapannya kurang dari 20 detik.

19 detik hingga mati daya:
Alarm mulai berdering di dalam nanosuit NiuNiu, menandakan akan habisnya energi cangkang baju zirah nanosuitnya. Bergerak dengan presisi seorang pembunuh terlatih, NiuNiu langsung maju menyerang Vrishchik militer di depannya dengan pisau lipat ganda andalannya, gerakan NiuNiu sangat cepat dan sangat tajam.
Hanya latihan intens yang selama ini dilakukan Julia yang memungkinkan dia bisa bereaksi menangkis serangan Didymoi di depannya, dampak hujaman pisau lipat ganda Didymoi di hadapannya membuat bagian dalam Bio-suit Julia ikut bergetar. Kekuatan hantamannya membuat Julia terpental mundur, bahkan sepatu bot magnetiknya tidak kuat menahan hantaman serangan.
18 detik hingga mati daya:
NiuNiu terkejut; Vrishchik ini berhasil menahan serangannya. NiuNiu mengatupkan bibirnya dan kembali mengejar lawannya sambil melancarkan serangkaian serangan mematikan yang presisi.
Julia cukup kaget dengan reflek dirinya yang seolah mampu membaca setiap serangan Didymoi di depannya, pedang pendek Julia selalu menghalangi pisau lipat ganda lawannya mencoba menembus Bio-suitnya.
14 detik hingga mati daya:
NiuNiu cepat menyadari lawannya bukanlah prajurit Vrishchik biasa. Biasanya, dia bisa melumpuhkan anggota klan Vrishchik dalam waktu kurang dari lima detik, tetapi sekarang sudah banyak detik-detik yang terbuang percuma.
Julia merasakan Didymoi dihadapannya terpecah konsentrasinya.
13 detik hingga mati daya:

NiuNiu menilai sekelilingnya. Dia perlu keluar dari nanosuit-nya sebelum membeku mati daya, sepenuhnya menyadari bahwa setiap perubahan fokus memberikan keuntungan kepada lawannya untuk menyerang balik. Dia bersiap untuk menerima pukulan.
Julia menggunakan kesempatan ini untuk melakukan serangan balik. Reaktor nuklir di dadanya mengeluarkan bunyi mengaum mengalirkan seluruh energi ke pedang pendeknya.
12 detik hingga mati daya:
Rasa sakit menyebar di dada NiuNiu saat pedang pendek Julia menemukan sasaran hantaman yang menusuk. Menggunakan momentum dari hantaman tusukan itu, NiuNiu melontarkan dirinya mundur menuju arah pintu masuk stasiun luar angkasa Dayan.
Julia cukup heran Didymoi dihadapannya membiarkan dirinya terhantam serangannya, “Dia seharusnya bisa menghadang serangan ini? Apa yang dia lakukan?” pikiran Julia bekerja cepat.
11 detik hingga mati daya:
NiuNiu melemparkan salah satu pisau lipatnya dengan tangan kiri untuk mengalihkan perhatian lawannya sementara tangan kanannya meretas kode pintu masuk dari jarak jauh.
Julia tidak dapat menghindari lemparan pisau lipat Didymoi dari jarak yang begitu dekat. Pisau itu menancap ke dalam Bio-suitnya, membuatnya terdiam sejenak, berharap agar Bio-suitnya cukup kuat untuk menahan serangan tersebut sehingga tubuh di dalam tidak terluka.
10 detik hingga mati daya:
Pintu udara berhasil diretas. Mata NiuNiu, dingin dan fokus, tidak menunjukkan emosi saat dia menunggu pintu terbuka sepenuhnya.
Julia maju menyerang lagi, setelah cukup yakin pisau lipat Didymoi lawannya tidak menembus Bio-suit dan melukai tubuhnya. Pandangannya fokus pada lawannya tanpa memperhatikan pintu masuk stasiun mulai terbuka.
09 detik hingga mati daya:
NiuNiu menekan tombol eject nanosuit-nya tepat saat dia melihat lawannya mendekat dengan cepat.
Julia menekan tombol power up saat dia melihat kesempatan menghujamkan pedang pendeknya dengan kecepatan tinggi ke bagian dada lawannya sekali lagi.
06 detik hingga mati daya:
NiuNiu mulai panik, tangannya sudah menekan tombol eject, tetapi ia masih berada di dalam nanosuitnya dia belum terlempar keluar. Pedang lawannya hanya berjarak beberapa senti dari bagian luar nanosuitnya.
Julia masih sempat melihat kelebatan tangan kiri Didymoi cilik ini bergerak cepat mencoba menahan serangannya. Jarak pandang Julia kini memungkinkan dia melihat pintu di belakang lawannya telah terbuka.
05 detik hingga mati daya:
Sadar kalau dia sedang berjudi dengan hidupnya NiuNiu memusatkan perhatian pada tangan kirinya untuk menghadang serangan lawan, Dia meringis saat merasakan tajam dan panasnya besi pedang pendek lawannya menembus tangan kirinya.
Julia amat sangat terkejut gerakan tangan kiri Didymoi mungil ini lebih cepat dari serangannya. Julia tidak pernah terpikir ada lawan yang bisa menahan serangan pedang pendeknya dalam jarak sedekat ini.
04 detik hingga mati daya:
Sesaat sebelum mata pedang pendek lawannya yang telah menembus tangan kirinya menusuk bagian dadanya, NiuNiu tiba-tiba terpental ke belakang, mendadak terlepas dari nanosuit-nya. Darah menyembur dari luka di tangan kirinya, melayang di ruang hampa. NiuNiu tersenyum menyadari bahwa mekanisme eject pada nanosuit-nya memiliki jeda dua detik—dua detik yang membuat dia hampir kalah berjudi dengan hidupnya.
Julia meringis dia mulai bisa membaca cara pikir lawannya, Didymoi ini tidak hanya gesit dia juga cerdas dan nekat, Julia telah termakan strategi lawannya. Didymoi ini mengumpankan nanosuitnya yang hampir mati daya. Julia tidak bisa menahan rasa antusias dalam dirinya menemukan lawan pertama yang mampu bertahan hidup dari serangan pedang pendeknya dalam pertarungan jarak dekat.
03 detik hingga mati daya:
NiuNiu terlempar masuk ke pintu stasiun yang terbuka kemudian meretas kode untuk mengunci pintu udara dengan tangan kanan, rasa sakit yang menyengat di lengan kirinya mulai menjalar ke bagian lain tubuhnya.
Julia kini bisa melihat jelas figur lawannya tanpa nanosuit. Dia terlihat masih gadis ingusan, ini sangat menarik pikirnya. Julia memutuskan tidak mengejar dan diam mengamati lawannya. Dia sadar dalam posisi yang lebih baik dibanding Didymoy yang telah terluka cukup parah. Bio-suit Julia otomatis mengambil sampel darah dari ujung pedangnya mencari database lawannya.
02 detik hingga mati daya:
NiuNiu tertawa kecut, dia telah memenangkan judi kedua dengan dirinya sendiri, kalau lawannya tidak akan mengejar masuk saat ini, lawannya sekarang mencoba menganalisa hasil darah dari pengorbanan lengan kirinya, modus operandi Vrishchik ini sangat mudah ditebaknya. NiuNiu sudah meretas darahnya menjadi virus yang cukup ganas. NiuNiu menatap lawannya yang diam mengamati dengan tatapan balik sambil bibirnya mengucapkan “selamat menikmati!” tanpa suara keluar dari mulutnya.
Julia cukup kaget darah lawannya yang coba dianalisa ternyata menyimpan virus yang membuat seluruh program eksternal Bio-suitnya menjadi tidak bisa berfungsi. Alat komunikasinya yang sempat mengeluarkan suara statik, kini senyap tidak bisa berfungsi. Didymoy ini telah memikirkan semuanya, Julia cukup yakin bukan pertama kalinya Didymoy ini berhadapan dengan prajurit Vrishchik seperti dia.
01 detik hingga mati daya:
NiuNiu menatap lurus melalui kaca pintu masuk mengunci mata dengan lawannya kemudian mengangkat jari tengahnya sambil tersenyum puas untuk kemudian berlari menghilang masuk ke dalam stasiun ruang angkasa Dayan.
Julia membalas dengan gelengan kepala kesal, “Dasar bocah” dengusnya dalam hati, sambil menarik pedang pendeknya keluar dari nanosuit lawannya yang kini sudah mati daya
Julia mulai membaca situasi: Secara fisik dia mengukur bocah Didymoi yang dihadapinya penampakan fisiknya tidak lebih dari lima belas tahun, dan jelas luar biasa kemampuan tempurnya. Lawannya ini mampu melakukan hyperjump? Mampu menghadapi serangan Bio-suit level militer? Mampu menularkan virus via darah ke sistem Bio-suit? Mampu meretas sambil bertempur? Siapa dia? Semua checklist Julia akan lawan yang sebaiknya dia hindari ada di profil bocah ini.
Sebuah lampu berkedip di bagian kiri dasbor Julia menunjukkan peringatan; reaktor nuklirnya telah dikompromikan selama sepuluh detik terakhir. Dia melihat ke bagian dada bio-suit-nya dan melihat pisau lipat lawannya menancap di sumber daya nuklirnya.
Dia harus masuk ke dalam stasiun ruang angkasa, memperbaiki reaktor energi bio-suit-nya sebelum radiasi bocor dan membuat situasi semakin berbahaya, untuk kemudian menjalin komunikasi dengan pusat komando. Setelah itu, dia perlu mengejar dan melumpuhkan bocah Didymoi kecil yang semakin mengganggu ini. Dengan penuh kewaspadaan, Julia memasuki stasiun luar angkasa Dayan. Di dalam, suasana terasa senyap kontras dengan kekacauan perkelahian yang baru saja terjadi di geladak. Pencahayaan redup menciptakan bayangan menakutkan di dinding stasiun, membuat pikirannya berputar cepat. Dia tahu Didymoi itu tidak akan terlalu jauh di depan dan memiliki keunggulan posisi karena tampaknya sangat menguasai medan. Julia harus berhati-hati.
Stasiun ruang angkasa Dayan berguncang hebat saat gelombang puing mulai menghantamnya tanpa henti. Hal pertama yang Julia lakukan setelah memasuki stasiun adalah melepaskan dan memeriksa Bio-suitnya, merasa lega ketika akhirnya bisa merasakan tubuhnya sendiri lagi diluar kuasa Bio-suitnya. Dia menarik pisau lipat lawannya yang menancap di reaktor nuklir dan menyegel kerusakan reaktor nuklir sebelum radiasi bocor, membenahi perangkat lunak yang terkena virus, database mengidentifikasi pisau yang digunakan lawannya terbuat dari besi Andamante—logam yang hanya mungkin dimiliki oleh bangsawan Didymoi. Sebuah senyum kecut muncul di wajah Julia saat dia menyadari bahwa lawannya adalah seorang ningrat dan Julia tidak pernah suka para ningrat.
Tanpa mengenakan Bio-suit, Julia berlari menyusuri koridor dengan pedang pendek di tangan, menuju ruang kontrol. Alat komunikasinya masih tidak bisa digunakan, sementara kesunyian di dalam stasiun tidak menawarkan penghiburan apa pun. Dayan, sebagai pos ruang angkasa, semakin keras dihantam oleh puing-puing ruang angkasa, dan struktur stasiun mengerang di bawah tekanan atmosfer serta hantaman yang terus menerus. Saat Julia melirik keluar jendela, sebuah kesadaran mengerikan menghantamnya. Dayan terasa bergerak. Apakah priyayi cilik itu telah memutuskan jangkar magnet stasiun ini? Julia terdiam sejenak, rasa dingin merayap di tubuhnya. Dia terkesiap saat menyadari bahwa seluruh stasiun ruang angkasa ini terasa sedang bergerak keluar dari lintasannya.

Untuk pertama kalinya dalam hari ini ada rasa putus asa dan kemarahan luar biasa dalam dirinya, Julia mengaktifkan sistem darurat stasiun ruang angkasa Dayan, lampu bahaya membanjiri koridor dengan cahaya yang menyilaukan dan kebisingan yang membingungkan. Dengan napas terengah-engah, Julia mendekati ruang kontrol. Terpampang di layar besar adalah pemandangan menakutkan yang baru saja dibayangkannya—stasiun ruang angkasa ini sedang meluncur langsung ke gerbang The Void. Mereka sudah berada di titik tanpa kemungkinan mundur. Stasiun ruang angkasa ini akan menghantam hancur berkeping-keping tertelan masuk ke dalam The Void.
Frustrasi dan kelelahan, Julia berteriak sekuat tenaga, kemarahan tiba-tiba menguasai perasaannya. Logikanya mengatakan bahwa kemarahan bukanlah hal yang baik ketika berada dalam satu misi, tetapi dia tidak peduli. Dia akan melampiaskan kefrustasian kemarahannya dengan menghajar bocah priyayi cilik itu.
Di ruangan lain dalam stasiun, NiuNiu membuka sarung tangannya, memusatkan pikirannya menghilangkan rasa sakit tangannya yang terluka parah dibantu dengung suara konstan ruang mesin yang dingin. Dia tahu prajurit militer Vrishchik lawannya akan segera datang. Dia mengoleskan obat luka di tangannya. Waktu sangatlah berharga, dan NiuNiu hanya memiliki sedikit waktu yang tersisa. Meskipun kehilangan banyak darah, dia harus tetap terjaga dan memastikan stasiun ini menghantam sejajar tepat di tengah The Void. Dengan satu pisau lipatnya yang tersisa, NiuNiu menoreh kaca jendela menandai sumbu X dan Y serta sudut presisi menuju gerbang The Void. Dia telah mensimulasikan ini seribu kali di kepalanya dan dia tahu dia akan mengenainya dengan sempurna. Mesin thruster 5, 8, dan 9 pada kekuatan 100%, dan itu akan menjadi alat presisi untuk membuat stasiun ruang angkasa ini menjadi peluru yang menghantam The Void.

Reflek NiuNiu menyuruhnya berbalik. Melalui penghalang baja dan kaca setebal 50 cm, dia melihat prajurit Vrishchik lawannya memperhatikannya dengan seksama dari balik visor bio-suit yang sudah compang camping, dia memegang pisau lipat NiuNiu di tangan kiri dan pedang pendek di tangan kanan.
“Buka pintu dan keluar dengan tangan diatas, atau saya masuk kedalam dan ada konsekuensi yang harus kamu bayar kalau saya sampai masuk!” ucap Julia tenang. Julia kini bisa melihat Didymoi mungil tanpa nanosuit dengan sangat jelas—seorang gadis ingusan, rambut hitam kelam pendek, berpostur asia, dan raut muka yang tidak bisa ditebak ekspresinya, meski parasnya menyerupai gadis mungil ingusan namun Julia bisa merasakan kematangan yang jauh melebihi penampakan fisik usia lawannya.
Julia tidak melihat reaksi apa pun dari lawannya. “Ini adalah peringatan terakhir,” hardik Julia dengan lebih tegas ,lawannya hanya berdiri diam, raut mukanya masih tanpa emosi dengan pandangan tenang. Tanpa ragu, Julia menghantam pintu besi di antara mereka. Hanya butuh satu pukulan dengan pedang pendek bio-suitnya untuk menghancurkan pintu penghalang diantara mereka. Lawannya tetap diam, tidak bergeming, Julia bisa melihat lubang di tangan kiri lawannya akibat tertembus tusukan pedangnya. Sekarang mereka berhadapan langsung tanpa penghalang. Julia melihat seringai terbentuk di wajah NiuNiu. Julia sadar lawannya sedang bermain dengan emosinya.
Seorang remaja biasa akan sangat ketakutan, tetapi NiuNiu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun. Bio-suit Vrishchik adalah simbol sesuatu yang tidak boleh diganggu siapapun di semesta ini. Julia mengarahkan pedangnya ke NiuNiu. “Angkat tanganmu dan lemparkan pisaumu ke lantai!” dia memerintahkan dengan tegas, tetapi seringai NiuNiu semakin lebar.
Lalu sesuatu yang tak terduga terjadi. NiuNiu tiba-tiba menghilang. Latihan tahunan Julia langsung bereaksi mengamankan dirinya, merasakan bahaya Julia bersiap. Mata NiuNiu muncul kembali beberapa inci dari visor bio-suitnya, pandangan mereka bertemu. Aura binatang memancar dari tatapan NiuNiu. Dalam gerakan cepat yang tidak bisa diduga, NiuNiu menabrakkan dahinya ke bagian dahi visor Julia sambil menusukkan stiletto Andamante-nya menembus helm Julia, menoreh ujung telinga kirinya. Reaksi Julia untuk mundur menyelamatkan dirinya, 1 cm lagi dan tusukan itu berarti maut, ujung mata pisau itu akan menembus otaknya.
Insting Julia bereaksi—dia tidak akan ragu. Tahun-tahun pelatihan dan tempaan misi tempur aktifnya membuat dia bisa melakukan serangan balik dengan sengit. Julia menghitung segalanya dengan cepat; hilangnya lawannya barusan adalah tindakan hyperjump tanpa nanosuit. Ini tidak normal. Kecuali lawannya adalah salah satu dari cerita kuno yang pernah dia dengar. Hanya darah genesis yang bisa melompat tanpa teknologi apa pun. Gadis priyayi psikopat ini mungkin adalah salah satu “leluhur”, tetapi dia sedang terluka, dan Julia akan memanfaatkan itu.
Julia menekan tombol eject mengeluarkan diri dari Bio-suitnya di tengah pertarungan, keyakinan pikirannya semakin tajam dengan kejernihan baru. Pertarungan ini amat sangat menarik dan Bio-suit hanya menjadi beban dalam pertarungan seperti ini. Tanpa Bio-suit kini dia lebih siap menghadapi lawannya sebagai dirinya sendiri.
Julia melangkah mundur, memusatkan energinya untuk satu serangan akhir. Dia tahu dia harus bertindak cepat dan tepat, atau NiuNiu akan mendapatkan kesempatan lain untuk menyerangnya dengan lebih mematikan. Tanpa pakaian pelindung, Julia bisa lebih tajam merasakan lingkungannya—ketegangan otot, aliran udara yang basi, dan getaran besi stasiun di bawah kakinya. Detak jantungnya berpacu, tetapi pikirannya tetap tenang. Dia mengunci pandangannya pada NiuNiu, yang masih berdiri di tempat yang sama, tatapan mata NiuNiu tidak berubah. Priyayi cilik ini sepertinya tidak punya emosi.
“Waktunya untuk tidak main – main” bisik Julia, nyaris tanpa suara. Dalam sekejap, Julia melesat maju, meluncurkan serangan tanpa ragu. Namun, NiuNiu sudah siap. Dengan gerakan sangat cepat dan gesit, NiuNiu menghindar ke samping, meninggalkan bayangan gelap yang tampak hampir seperti cermin, mengejek serangan Julia yang meleset.
Julia sejenak terhuyung ke depan, tetapi dengan cepat langsung memutar tubuhnya dengan segenap eksistensi tenaganya. Kali ini NiuNiu tidak bisa melarikan diri. Sebaliknya, dia menyambut serangan Julia dengan keyakinan yang tidak kalah jumawanya. Dua kekuatan saling bertumbukan.
Waktu seolah berhenti, saat Julia berhasil menusukkan stiletto ke sisi tubuh NiuNiu, merobek dagingnya. NiuNiu mengeluarkan lenguhan keras, sambil melakukan serangan balasan yang langsung menghujam pundak kiri Julia dan melemparkannya ke lantai besi stasiun. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Julia saat dia terhempas, namun dia segera bangkit kembali, berdiri dengan kaki gemetar tapi tetap tegak.
“Tidak jelek priyayi cilik, tidak jelek” kata Julia dengan napas berat, darah mengalir dari luka di pundaknya. Matanya tetap fokus pada NiuNiu, yang terlihat juga menahan nyeri tertusuk pisau lipatnya sendiri di pinggang kirinya. Ada rasa antusias yang tidak bisa dipungkiri oleh Julia, akhirnya dia menemukan lawan yang sepadan. Julia sadar ini adalah momen yang penting bagi hidupnya. Apapun hasil pertarungan ini dia akan amat sangat menghargai momen ini. Momen yang membuat dirinya merasa hidup! Dan Julia bisa melihat lawannya merasakan hal yang sama, senyum dimuka NiuNiu tidak bisa dipungkiri adalah senyum seorang anak yang menikmati sebuah permainan seru. NiuNiu mencabut belati dari pinggangnya dan mengambil posisi bersiap dengan dua belati.
Sebelum pertarungan berlanjut, sebuah bayangan mewujud menjadi sosok dalam nanosuit muncul disamping NiuNiu. “Cukup. Waktunya pergi dari sini, kamu tidak bisa melanjutkan ini semua” ucapnya. NiuNiu mengambil posisi mundur dan terlihat kesal sambil memberi gestur pada Julia untuk tidak menyerang. Helm Nanosuit terbuka dan sesosok wajah pria dengan raut muka serius menatap NiuNiu dan Julia bergantian. Dari Nanosuitnya Julia bisa menilai pria ini adalah anggota pasukan elite Didymoi yang resmi. Emblem Dydymoi serta alat militer resmi Nanosuitnya tidak seperti Nanosuit yang digunakan si priyayi cilik.

“Ini bukan waktunya untuk hal remeh temeh,” lanjut Pria tersebut, dengan suara tegas. “Kita punya masalah yang lebih besar. The Void telah bergerak.”
NiuNiu dan Julia bersamaan melongok ke jendela dan menyaksikan The Void makin menjauh, mereka saling menatap untuk kemudian Julia dengan cukup kaget menyaksikan NiuNiu berteriak tanpa suara dengan frustasi dan mengekspresikan kemarahannya dengan memukul tembok besi stasiun dengan kekuatan yang membuat logam stasiun melengkung. Julia mengambil posisi semakin bersiap dengan segala kemungkinan, menyaksikan dengan campuran keterkejutan dan kewaspadaan. Sosok pria dalam nanosuit, yang Julia semakin yakin adalah anggota pasukan elite Didymoi, tetap tenang, meskipun jelas bahwa situasi telah berubah menjadi semakin tidak jelas. Kepala Julia menghitung kesempatannya untuk menang dalam pertempuran menghadapi dua orang lawan sendirian
“NiuNiu. The Void sudah menjauh, dan kita harus segera mundur,” kata pria itu dengan nada tegas namun terkontrol. Julia bisa membaca pria tersebut sudah terbiasa menghadapi ledakan emosi Didymoi priyayi psikopat yang sekarang dia tahu bernama NiuNiu.
Julia mengunci pandangannya pada NiuNiu, yang terlihat sejenak menghela napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dengan ekspresi seperti anak kecil mutung, tanpa sepatah kata pun, NiuNiu berbalik dan berjalan cepat keluar dari ruangan itu, meninggalkan Julia berhadapan dengan pria misterius itu dalam diam.
Momen diam tidak berlangsung lama. Dari luar jendela, kilatan cahaya tiba-tiba mengalihkan perhatian Julia. Detik berikutnya, sebuah ledakan besar mengguncang seluruh stasiun ruang angkasa Dayan. Alarm peringatan langsung terdengar, melengking keras, disertai suara rekahan struktur yang mulai tidak stabil. Stasiun ruang angkasa itu sedang sekarat.
“Stasiun ini akan hancur dalam hitungan menit,” kata pria itu sambil mengaktifkan beberapa kontrol di bagian lengan-Nanosuit-nya. “Kamu ikut saya, Sersan Julia Rose” suaranya terasa seperti perintah yang tidak bisa ditolak.
Julia, yang masih terpaku tidak bisa membedakan apakah keterkejutannya karena dia merasa diperintah atau karena orang ini tahu namanya? Julia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, dia tidak sempat bereaksi ketika pria itu tiba-tiba mendekatinya. Dengan gerakan cepat, pria itu mengulurkan tangannya dan meraih Julia, mendekapnya serta membuat posisi muka mereka sangat dekat. Anehnya, Julia tidak melakukan apapun. Semua refleknya tidak bekerja, ada sesuatu di pria ini yang membuat dia merasa aman. Tubuhnya merasa aman. Saat ini Julia tidak percaya pada dirinya yang tidak melakukan apapun.
“Tunggu, siapa kamu sebenarnya?” tanya Julia, setengah panik sambil berusaha mempertahankan kendali dirinya. Akal sehatnya sadar dia bereaksi bingung. Julia tidak bereaksi seperti prajurit militer Vrishchik. Dia bereaksi seperti wanita yang ingin dibukakan pintu. Namun, pria itu hanya menatapnya dengan pandangan tajam yang tidak memberi ruang untuk diskusi lebih lanjut.
“Tak ada waktu untuk penjelasan panjang lebar,” jawabnya, sambil menekan tombol pada Nanosuitnya.
Sebelum Julia bisa bereaksi, ruang di sekitar mereka tiba-tiba terdistorsi, dan dunia menjadi kabur. Julia merasakan sensasi aneh seolah tubuhnya ditarik dengan kekuatan luar biasa kedalam kehampaan. Rasa melayang dan ditarik serta diaduk-aduk berkecamuk. Julia merasa semua esensi dirinya dibelah dan disatukan. Rasa tanpa waktu dan rasa ketidakberdayaan serta bagian dari semua yang ada di semesta.
Julia tidak bisa menjelaskan apa yang baru dialaminya, hingga rasa mual tak terkontrol membuat dia merasa harus memuntahkan cairan dalam tubuhnya. Rasa gamang dan pusing menguasai Tubuh Julia, dia merasa harus fokus, setengah badannya terasa masih melayang sementara setengahnya lagi masih terasa tertegun oleh perpindahan mendadak itu, namun dia segera menyadari sudah tidak di stasiun ruang angkasa Dayan. Bau dan bunyi desir pasir dan hangatnya udara menarik pikiran Julia balik kembali ke tubuhnya. Rasa perih luka di pundaknya dan bau tak sedap cairan muntah di bajunya menyadarkannya.
Julia perlahan mengernyitkan mata berusaha menangkap semua yang ada dihadapannya sambil berusaha duduk diatas pasir. Sinar dari bulan kembar menyalakan retinanya, dia ada di satu tempat yang tidak bisa dia jelaskan. Dia tidak lagi berada di Dayan. Julia bisa merasakan pria tersebut duduk disebelahnya. Pedang pendeknya menancap ke dalam pasir di didepan posisi duduknya. Sebagian dari dirinya ingin meraih pedang tersebut dan meluapkan kekesalan dan semua ketidakjelasan yang terjadi ke tubuh pria tersebut tapi sebagian dari dirinya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Julia berusaha mengatur nafasnya. Rasa pusing dan mual perlahan mereda, digantikan oleh keingintahuan yang mendesak. Dia mengalihkan pandangannya dari pedang pendek yang menancap di pasir, ke pria misterius di sebelahnya. Mata pria itu masih menatap kedepan, tapi kali ini ada sesuatu yang lebih tenang, seolah dia bisa merasakan ketidaknyamanan Julia.
“Kau tahu namaku,” ujar Julia, suaranya masih sedikit bergetar, “dan kau membawaku ke sini. Dimana ini?” Dia melirik ke sekeliling, melihat gurun pasir yang luas terbentang hingga ke cakrawala, diterangi oleh cahaya bintang-bintang yang tak dikenal.
Pria itu tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia berdiri, melangkah beberapa langkah menjauh dari Julia dan menatap langit yang dipenuhi bintang. “Ini adalah tempat yang sangat tidak aman, tapi untuk saat ini jauh lebih aman ketimbang Dayan. Tapi kita hanya bisa sebentar disini.”
Julia merasakan ketegangan di dalam dirinya semakin meningkat. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin diajukan, tetapi yang paling mendesak adalah, “Siapa kamu, dan mengapa kamu menyelamatkanku?”
Pria itu menghela nafas pelan, seakan pertanyaan Julia sudah dia antisipasi. “Nama bukanlah sesuatu yang penting. Yang penting adalah bahwa kita ditakdirkan untuk bertemu. The Void sudah bergerak, dan Dayan hanya permulaan. Aku di sini untuk memastikan bahwa kau tetap hidup—untuk melawan yang akan datang.”
“Melawan? Yang akan datang?” Julia mengulangi, suaranya sekarang penuh dengan kebingungan yang semakin dalam. “Apa yang kau maksud dengan melawan? Kalianlah yang seharusnya aku lawan. Kalian para Didymoi adalah sumber segala masalah. Kalianlah yang membuat keluarga aku mati” Julia tidak bisa mengontrol emosinya. Segala kenangan akan ibu dan adik perempuannya menyeruak keluar. Reflek Julia bergerak cepat mengambil pedang pendeknya dan bergerak maju bersiap menghujam mata pedangnya diantara kedua mata pria tersebut.
Pria itu tetap tenang menatapnya dengan intensitas yang membuat Julia merasa seperti dipindai hingga ke jiwanya. Satu senti lagi ujung pedangnya akan menghujam kepala pria itu tetapi Julia tidak bisa menggerakkan tangannya lagi, dia seolah terkunci. Badannya membeku. Julia merasa seolah seluruh dunianya sedang diputarbalikkan. Dia tahu dirinya kuat, dia tahu dirinya tangguh, tetapi tatapan mata pria ini membuatnya merasa kecil dan tidak siap. “Apa yang terjadi?” desah Julia kecut.
Pria itu tersenyum sambil menempelkan kepalanya ke ujung pedang Julia, tangannya memegang tangan Julia. “Sersan Julia Rose, kamu tidak bisa kembali ke kehidupan lamamu, semua yang dulu kamu kenal akan berusaha membunuhmu, Dayan sejak saat ini adalah rahasia yang akan mereka jaga selamanya, dan kau satu-satunya bidak Vrishchik yang pernah menjejakkan kakinya disana, pegang kata-kataku Didymoi adalah masa depanmu”
Julia menelan ludah, mencoba memproses informasi yang baru dia terima. “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan… kalian keparat Didymoi! Matilah kalian semua!” teriaknya meluapkan kemarahan untuk kemudian Julia melempar pedangnya ke pasir dan mencium bibir pria tersebut. Pria tersebut memagut balik dan Julia benar-benar tidak bisa mengerti dirinya sendiri. Semua yang terjadi, semua kehilangan, semua kebingungannya dia lampiaskan pada pria tersebut. Julia sangat sadar dia tidak pernah seperti ini, tapi dia hidup hanya sekali dan dia hanya mau merasa hidup sebelum dia mati. Dan saat ini dia merasa hidup. Sentuhan dan segala sesuatu di pria ini membuat Julia merasa hidup.
Seperti dibangunkan dengan brutal dari mimpi Julia melihat ke samping dan tercekat kaget melihat besi dan jendela stasiun ruang angkasa Dayan yang familiar, mereka muncul kembali di Dayan, stasiun ruang angkasa tersebut kini sudah terobrak abrik rusak dan hancur. Suara gemuruh puing-puing yang melayang di luar jendela besar itu terasa begitu nyata, mengingatkan Julia bahwa mereka benar-benar kembali ke tempat yang seharusnya sudah menjadi kuburan mereka. “Apa yang terjadi?” Julia menoleh ke pria disebelahnya. Julia merasa seperti mimpi.
Dari sudut matanya, Julia bisa melihat NiuNiu bersandar di dinding besi di depan mereka, meski darah masih menodai lengan baju luarnya Julia bisa melihat kulit luar tangan kiri NiuNiu sudah kembali normal seolah tidak pernah bolong tertusuk pedang pendeknya. Wajah priyayi cilik menyebalkan ini kelihatan bosan, seperti patung yang diukir dari es, tidak menunjukkan emosi apa pun. Hanya matanya yang menyala dengan intensitas dingin, menatap Julia dan pria misterius itu dengan tatapan yang sulit dibaca.
Ada rasa tidak nyaman yang Julia rasakan diantara NiuNiu dan pria tersebut, Julia baru sadar pria tersebut menggenggam tangannya sebagaimana dia menggenggam tangan pria itu. Pria misterius itu menarik Julia mendekat ke arah NiuNiu, lalu dia melepaskan genggamannya. Dia menatap NiuNiu dengan tatapan serius, lalu berbicara dengan tenang, “Berikutnya adalah urusanmu.” Julia menatap pria tersebut dengan bingung. Apa artinya ini semua? Sebelum Julia memahami semua yang buat dia terasa seperti mimpi, tiba-tiba hujan deras peluru mengguyur semua yang ada di Dayan, Julia tercekat. Peluru dan Dayan hanya berarti Ledakan besar. Julia masih sempat melihat tubuh pria tersebut tertembus puluhan butiran peluru sebelum Julia menutup matanya untuk menerima nasib yang sama, tepat disaat matanya tertutup Julia bisa merasakan seseorang menabrak dan memeluk tubuhnya.

Senyap. Seluruh diri Julia yakin ini adalah kematian. Dia bisa merasakan rasa panas ledakan dan yakin bahwa dia berada didalamnya, Julia tersenyum kecut dalam hati menyadari keheningan adalah kenyataan berada di tengah kerasnya suara ledakan. Yang tidak Julia perhitungkan adalah saat dia mencoba membuka mengintipkan mata, matanya bertemu dengan mata si priyayi cilik yang mendekapnya. Julia merasakan sensasi familiar dari dunia yang tiba-tiba kabur dan terdistorsi. Si priyayi cilik yang mendekapnya sedang melakukan hyperjump tanpa Nanosuit bersamaan dengan meledaknya Dayan, dekapan NiuNiu memberinya titik fokus di tengah kekacauan perpindahan itu, Julia merasakan hal sama yang dia rasakan ketika berada sangat dekat dengan pria Didymoi yang baru saja terbunuh di hadapannya: rasa aman.
